memo

memo
PASANG IKLAN : Bagi Rekan-Rekan yang mau Pasang Iklan bisa menghubungi Mr. One-One selaku koordinator, catt : untuk anggota gratis selain anggota mbayar broo ..

Saturday, August 3, 2013

Sejarah Onthel di Indonesia

Simplex dipakai untuk Patroli Polisi

Simplex utk patroli polisi
Sejarah munculnya pasukan keamanan (politie) diawali oleh pembentukan pasukan-pasukan jaga yang diambil dari orang-orang pribumi guna menjaga aset dan kekayaan orang-orang Eropa di Hindia Belanda pada waktu itu. Pada tahun 1867 sejumlah warga Eropa di Semarang, merekrut 78 orang pribumi untuk menjaga keamanan mereka. Dalam perkembanganya kepolisian modern Hindia Belanda dibentuk antara tahun 1897-1920 adalah merupakan cikal bakal dari terbentuknya Kepolisian Negara Republik Indonesia saat ini.
Wewenang operasional kepolisian ada pada residen yang dibantu asisten residen (rechts politie) yang bertanggungjawab pada procureur generaal (jaksa agung). Pada masa Hindia Belanda terdapat bermacam-macam bentuk kepolisian, seperti veld politie (polisi lapangan) , stands politie (polisi kota), cultur politie (polisi pertanian), bestuurs politie (polisi pamong praja), dan lain-lain.
Setelah adanya penggunaan sepeda oleh polisi, ada beberapa kesataun polisi bersepeda yang dibentuk. Kesatuan polisi bersepeda ini tugasnya adalah melakukan patroli dibeberapa kawasan yang dianggap rawan tindakan kriminal. Ada beberapa merek sepeda yang digunakan polisi Hindia Belanda untuk berpatroli, dan salah satunya sepeda Simplek.
Nah, foto Foto lama koleksi kitlv ini merupakan bukti bila sepeda Simplex digunakan oleh detasemen polisi lapangan (detachement veld politie). Polisi bersepeda ini sedang melakukan patroli di kawasan Sawah Lunto, Sumatra Barat pada 1932. Bila foto ini diperbesar, ternyata ada beberapa sepeda yang digunakan oleh kesatuan polisi jaman Belanda ini adalah Simplex.
Sebenarnya banyak merek sepeda yang digunakan oleh kesatuan-kesatuan bersenjata jaman Belanda. Sebut saja sepeda Brennabor buatan Jerman, juga Fongers dan Burgers buatan Belanda. Selain itu, juga ada sepeda merek Hima yang digunakan oleh polisi yang sering dikenal sebagai Hima Polisi. (Oldbike in Histrory, foto koleksi : kitlv)
Sumber : FB Oldbike in Histrory

Fongers, Sepeda Resmi Tentara Hindia Belanda

Fonger utk tentara
Guna mempertahankan wilayah kekuasaannya kerajaan Belanda membangun kekuatan tentara di Hindia Belanda. Setelah perang jawa (Java Oorlog) selesai, pada 4 Desember 1830, Gubernur Jenderal Van den Bosch mengeluarkan keputusan yang dinamakan “Algemeene Orders voor het Nederlandsch-Oost-Indische leger”. Keputusan ini menetapkan pembentukan suatu organisasi ketentaraan yang baru untuk Hindia Belanda, yaitu Oost-Indische Leger (Tentara India Timur).
Di tahun 1836 atas saran dari Raja Willem I, tentara ini mendapat predikat “Koninklijk“. Ketika Hendrik Colijn yang pernah bertugas sebagai perwira di Oost-Indische Leger, menjadi Perdana Menteri, secara resmi tentara di India-Belanda dinamakan Koninklijk Nederlands-Indisch Leger, disingkat KNIL.
Istilah KNIL sebenarnya singkatan dari bahasa Belanda yaitu het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger, atau secara harafiah: Tentara Kerajaan Hindia-Belanda. Meskipun KNIL melayani pemerintahan Hindia-Belanda, banyak di antara anggota-anggotanya yang adalah penduduk bumiputra di Hindia-Belanda dan orang-orang Indo-Belanda, bukan orang-orang Belanda.
Setelah adanya penggunaan sepeda oleh kalangan militer, tentara KNIL di Hindia Belanda pun dilengkapi sepeda untuk keperluan pasukan. Seperti kita ketahui, kerajaan Belanda menggunakan tiga merek sepeda bagi tentaranya yaitu Fongers, Burgers, dan Simplex. Sepeda untuk militer Belanda ini dikenal dengan istilah WF (Wielrijders Fietsen). Nah, apakah ketiga merek sepeda Belanda ini juga digunakan oleh tentara KNIL Hindia Belanda? Ternyata tidak. Berikut penjelasanya.
Koran De Sumatra Post terbitan 1907 mengulas tentang kelangkaan atau kurangnya pasokan sepeda untuk pasukan Belanda. Pasukan-pasukan bersepeda KNIL ini beroperasi di beberapa wilayah nusantara (archipel) seperti pulau Sumatra terutama daerah Medan, Aceh, dan Sumatra Barat. Selain itu, juga pulau Jawa. Tentunya dibutuhkan sepeda yang berkualitas baik dan sesuai dengan kondisi tanah atau medan di Hindia Belanda. Namun pemerintah Belanda kebingungan dan terjadi perdebatan para petinggi Belanda mengenai sepeda merek apa yang tepat digunakan oleh tentaranya di Hindia Belanda. Saking alotnya perdebatan para petinggi Belanda ini berakibat pasokan sepeda untuk militernya terhambat. Awalnya pemerintahan Hindia Belanda menunjuk sepeda bermerek Brennabor buatan Germany untuk digunakan oleh tentara Hindia Belanda.
Koran Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch Indie terbitan 1909 menulis tentang sepeda Brennabor (Brennabor Rijwielen) yang digunakan oleh tentara Hindia Belanda. Berikut tulisan berita yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia
Sepeda Brennabor
Sebagai tanda terima kasih kami terima dari Brennabor sebenarnya untuk Brandenburg a / d Havel giel di dermaga sekitar 1907 daftar harga produk yang diproduksi oleh sepedanya.
Seperti diketahui, sepeda Brennabor digunakan di weilrijdersbrigade dari tentara India Belanda (Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch Indie, 1907).
Setelah melalui perdebatan sengit dan pemeriksaan sepeda yang tepat, akhirnya pada 1909, secara resmi pemerintah kerajaan Belanda menunjuk produsen sepeda Fongers untuk membuat sepeda untuk digunakan tentara Hindia Belanda (Indische Leger).
Koran De Sumatra Post terbitan 1909 menulis berita tentang sepeda Fongers untuk tentara Hindia Belanda :
Sepeda Untuk Tentara Hindia Belanda
Fongers sepeda untuk militer India Belanda. Setelah berbagai keberatan dan diperiksa di Belanda (De Sumatra Post 1910).
Dipilihnya Fongers untuk militer di Hindia Belanda, menurut koran De Sumatra Post tersebut karena sepeda Fongers sesuai dengan kondisi jalan dan tanah, sehingga dibutuhkan sepeda yang mampu memenuhi tuntutan tinggi pasukan. Selain itu, sepeda Fongers telah memiliki reputasi bagus di kalangan orang-orang Hindia Belanda.
Ada beberapa tipe sepeda Fongers untuk militer ini sebut saja CCG, HZ yang dipakai waktu Perang Dunia 1 pada 1914. Fongers HZ militer ini bercirikan : rem depan sudah memakai tromol namun menggunakan tromol sebelah kanan, sedang rem belakang menggunakan torpedo. Ada juga tipe HF yang digunakan dekade 1930-an. (Oldbike In History, sumber : dari beragam sumber. Foto koleksi : fongers.net, pada foto adalah poster iklan sepeda Fongers tentara Hindia Belanda (Nederlandsch Indische leger)
Sumber : FB Oldbike in History

Sunbeam
Perusahaan Sunbeam didirikan oleh John Marston, di Ludlow, Inggris. Sejarah Sunbeam berawal ketika pada 1851, John Marston datang di Wolverhampton, Inggris. Ia magang kerja di perusahaan pengecoran timah milik Edward Perry, dan perusahan Jepang bernama Jeddo Works.
Setelah magang kerjanya berakhir pada 1859, John membeli perusahaan Jepang di Bilston dari seseorang bernama Daniel Lester. Setelah perusahaan yang dibelinya itu dikelola dengan baik, akhirnya berkembang pesat dan meraih sukses yang besar. Ketika Edward Perry meninggal dunia di tahun 1871, John membeli perusahaan Jeddo Works, dan kembali berbisnis di Wolverhampton. Semua jenis produk dalam negeri yang diproduksi oleh perusahaan ini menjadi salah satu dari dua pembuat enamel hitam (black enamelled ware) terbesar di Inggris
John merupakan seorang pengendara sepeda yang handal, ia tertarik untuk mencoba memperbaiki mesin. Di tahun 1887, John membuat sebuah sepeda yang tampilannya agak kasar dan berat yang dilengkapi ban padat. Pada saat itu, William Newill, seorang mandor perusahaan Jeddo Works, membuat sebuah mesin yang jauh lebih baik untuk John, dengan bingkai (frame) yang rendah karena John Marston memiliki kaki yang pendek. Sepeda (cycle) telah selesai dengan warna khas Jepang yaitu hitam dan emas. Produk sepeda ini memiliki kualitas tinggi seperti yang John inginkan.
Dikisahkan pula istri John, yang bernama Ellen suatu ketika melihat sinar matahari yang mengkilap di sebuah cermin. Akhirnya, John pun memutuskan memberi nama sepeda buatannya menjadi Sunbeam yang artinya sinar matahari yang mengkilap. Nama Sunbeam terdaftar pada 1888, John pun sangat senang dengan sepeda ini. Alhasil, John pun memutuskan untuk memproduksi sepeda Sunbeam ini, dan menggandeng William Newill sebagai mitra usahanya.
Sepeda Sunbeam pertama kali dipamerkan di Stanley Show, London selama Februari 1889. Sebanyak 13 sepeda dan sepeda roda tiga (tricycles) yang dipajang di stand perusahaan, termasuk sepeda roda tiga untuk wanita dan sepeda keselamatan (safety bicycle). Selain itu, juga dipatenkan oleh Sunbeam, yaitu sebuah engkol braket (crank bracket) eksentrik untuk disesuaikan dengan rantai sepeda.
Pada pameran lain yang akan segera menjadi fitur yang menonjol dari semua mesin Sunbeam adalah ketika seorang bernama J. Harrison Carter menemukan minyak pelumas untuk rantai yang tertutup ketat sebagai penutup gigi. Casing penutup ini berguna untuk meneteskan minyak pelumas rantai untuk mengurangi keausan, tetap bersih dan perbaikan transmisi listrik. Hal ini diadopsi oleh Sunbeam di tahun 1897, selanjutnya menjadi dikenal keseluruh dunia sebagai ‘The Little Oil Bath’.
Pada Mei 1889, perusahaan Sunbeam membuka showroom di London, dan depot di 38 Viaduct Holborn. Kemudian Sunbeam pindah ke tempat yang lebih besar yaitu di 51 Holborn Viaduct. Sunbeam merekrut seorang pembalap sepeda terkenal bernama William Travers, sebagai Agen Sunbeam di London. Disamping itu, pembalap sepeda terkenal ini ditunjuk sebagai konsultan dalam desain sepeda Sunbeam dimasa depan. Seorang pembalap sepeda lain dengan nama A. Gilbert, ditunjuk menjadi mandor toko untuk menyelesaikan toko sepeda Sunbeam.
Berikut ini adalah deskripsi singkat dari “Sepeda & Sepeda Roda Tiga di Tahun 1889″ oleh Harry Hewitt Griffin :
“The Sunbeam Dwarf Safety Roadster. John Marston, Paul Street Works, Wolverhampton.
John Marston mematenkan penyesuaian rantai eksentrik Sunbeam yang merupakan fitur terkemuka dari kelompok mesin Sunbeam. Fitur ini mengambil bentuk braket poros, batang atas yang dipatri ke kaki pilar pengaman.
Sunbeam memperkenalkan sepeda Sunbeam Dwarf Safety Semi-Racer. Garis kerangka Sunbeam Safety semi-racer ini sangat mirip dengan sepeda Demon Racer. Harga sepeda ini £ 18.10s . Sunbeam pun memperkenalkan sepeda roda tiga untuk wanita. Sebuah sepeda yang ringan dan cantik dengan harga £ 24. Ada juga Sunbeam roda tiga yang kuat dengan harga yang sama untuk pria.
Di tahun 1890, Sunbeam memamerkan beberapa sepeda model baru yang menarik di Stanley Show. Sepeda balap ringan beratnya hanya £ 16, dan Light Roadster seberat £ 29. Pada 1893, Sunbeam meluncurkan gear Sunbeam-Carter setelah memperoleh lisensi manufaktur dari Harrison Carter.
Di tahun 1895, bisnis didirikan berdasarkan Companies Act sebagai John Marston Limited. Pada tahun berikutnya ada tiga depot dibuka. Satu di 157 Sloane Street, London, yang kedua di 168 Deansgate, Manchester, dan yang ketiga di 37 George Street, Edinburgh. Pada 1896 merupakan era untuk melihat dan pengenalan berbagai model baru sepeda. Satu-satunya yang selamat dari tahun sebelumnya adalah sepeda Sunbeam VR831 Ladies, yang sekarang disebut 853.
Di tahun 1896, The Royal Sunbeam diperkenalkan dengan beberapa warna yaitu hitam, zaitun hijau, ceri gelap atau gelap biru tua. Katalog Sunbeam 1896 ada empat model sepeda wanita, yaitu 853, 854, 856 dan sepeda wanita Touring Sunbeam. Di tahun 1896, John Marston mematenkan metode pengisian dan pengosongan gear tanpa menumpahkan minyak.
Depot kedua, di Sloane Street, dibuka pada tahun 1897, dan tube turun pada sepeda 853 & 854 digantikan oleh tube melengkung yang dikenal sebagai frame sepeda loop, yang tetap populer selama bertahun-tahun. Kursi pilar baru dipasang ke Royal Sunbeam yang memungkinkan pengendara lebih nyaman. Selama tahun 1897, gear sepeda Sunbeam diiklankan sebagai ‘The Little Oil Bath’ dan label paten Carter ditempatkan pada bagian dalam case gear ini.
Penjualan Sunbeam meroket pada 1898, sehingga ada kebutuhan mendesak untuk melakukan ekspansi, khususnya dalam pembuatan komponen seperti pedal.
The Scorching Sunbeam muncul pada 1899. Sepeda ini tanpa rem, mudguards, atau gear khusus. Pengenalan penting di tahun 1900 adalah jenis freewheel dengan bantalan (bearings) yang terus dilumasi oleh minyak menetes dari case gear dan percikan naik dari rantai. Pengenalan freewheel ini berarti bahwa pengereman lebih efektif diperlukan, jadi dua rem diperkenalkan, batang dioperasikan rim depan dan pedal dioperasikan (mengayuh balik).
Di tahun 1901 diperlihatkan tampilan Trailer Sepeda yang dipatenkan Oleh J. Marston & J. Herbert. Pada 1902 “Featherwieght, Ladies Sunbeam” (desain HRH) adalah sepeda pertama Sunbeam yang dilengkapi dengan roman rims sebagai standar sepeda. Standar ini ditemukan oleh Dr. R.I. Roman dari perusahaan Cycle Roman & Co, Lombard Street, London pada 1897, dan bersama veleg terbuat dari paduan aluminium yang disebut romanium.
Penjualan sepeda Sunbeam terus meningkat pada 1903, lebih dari 1000 unit sepeda Royal Sunbeam terjual. Salah satu pembelinya adalah orang bernama Sir Edward Elgar yang membeli dua sepeda Royal Sunbeam dengan frame setinggi 28 inch. Di tahun yang sama diperkenalkan dua kecepatan gigi epicyclic, yang dipasang dalam rantai roda depan dan sepenuhnya tertutup dan dilumasi dalam gear khusus. Piranti ini dioperasikan oleh tuas jempol untuk memberikan 25 persen peningkatan di atas kecepatan normal, kemudian meningkat menjadi 30 persen. Ini menjadi gigi epicyclic terbaik untuk diproduksi dan jauh lebih baik ketimbang gigi setara yang dipasang oleh pesaing Sunbeam.
Satu-satunya kelemahan yang disebabkan oleh fitting ‘The Little Oil Bath ‘ adalah kesulitan mengeluarkan inner tube di roda belakang. Tusukan bisa sering terjadi. Untuk mengatasi masalah ini, Sunbeam memperoleh hak eksklusif untuk menggunakan sistem removal ban dari profesor Sharps. Sistem baru ini digunakan pada sepeda Sunbeam buatan 1905.
Harga sepeda Sunbeam beberapa kali lebih mahal daripada beberapa sepeda kompetitornya. Guna penjualan yang aman, di tahun 1907 Sunbeam meluncurkan model Golden Sunbeam seharga £ 17 dan £ 25. Golden Sunbeam ini terkenal karena terdapat lapisan emas asli. Pun, selama 1907 Sunbeam memperoleh paten untuk sistem retensi minyak yang lebih baik untuk ‘Little Oil Bath’ dan tiga hub kecepatan yang diperkenalkan oleh William Newill.
Pada 1908 melihat peluncuran kampanye penjualan yang ditujukan untuk dealer. Sebuah buklet halaman 72 dikeluarkan untuk semua agen, yang disebut “Bantuan untuk menjual Siklus Sunbeam”. Ditekankan bahwa Sunbeams merupakan sepeda yang top di akhir pasar. Di tahun yang sama, sepeda model murah yaitu Special Sunbeam diperkenalkan. Sepeda ini tak dilengkapi case gear, tapi menggunakan d Villiers dengan dua kecepatan gigi hub.
Pada 1909, peleg aluminium roman dipasang untuk semua model Sunbeam dan All Black Sunbeam yang diperkenalkan pada musim gugur. Tahun berikutnya, semua model sepeda Sunbeam dilengkapi dengan case gear tanpa offside rantai tetap, yang diganti dengan replaced yang disolder ke bagian dalam case gear. Di tahun yang sama sepeda model Special Sunbeam dihentikan produksinya.
Ketika pecah perang dunia pertama, Sunbeam dan produsen sepeda lainnya diperintah oleh pemerintah kerajaan Inggris untuk membuat sepeda khusus militer. Sunbeam pun membuat sepeda Sunbeam Militer dalam jumlah besar yang dijual ke pemerintah Perancis. Namun dijual dalam jumlah yang lebih kecil di Inggris. Sunbeam standar militer tidak memiliki minyak pelumas rantai, warna cat sepeda hijau dan dilengkapi dengan bagasi pembawa yang ada di depan. Ekstra senapan laras panjang.
Setelah kematian John Marston di tahun 1918, perusahaan Sunbeam ini diakuisisi oleh produsen senjata yang bergabung menjadi Nobel Industries Ltd. Produksi Sepeda dilanjutkan sebanyak produk sebelumnya dengan model sama dan standar yang tinggi. Di tahun 1921 Golden Sunbeam dijual seharga £ 23 dan Royal Sunbeam dijual dengan harga £ 21. Sepeda Special Sunbeam Light Roadster diperkenalkan pada 1923 yang dijual dengan harga £ 19.18s.
Juga versi stang tetap dengan ibu jari tuas rem yang tersedia untuk £ 17.17s dan versi setir gratis dengan dua rim rem, biaya £ 18.18s. Selama beberapa tahun ke depan ada penurunan harga terlihat pada 1926 sepeda New Low – built Sunbeam diperkenalkan dengan roda 26 inci dan braket 11 inch. Pada tahun yang sama melihat pengenalan kopling turun dari Sunbeam.
Banyak perubahan terjadi pada akhir 1927 ketika Nobel Industries bergabung dengan beberapa perusahaan kimia lainnya untuk membentuk Imperial Chemical Industries. Produksi sepeda dilanjutkan di Wolverhampton tetapi mengalami kesulitan untuk menjual sepeda-sepeda berkualitas mahal dalam menghadapi persaingan ketat dari produsen sepeda lainnya.
Tahun 1928 ada banyak klub bersepeda antusias terhadap sepeda Sunbeam. Produsen Sunbeam pun memperkenalkan sepeda model RR Sporting Sunbeam. Pada 1930 Royal Sunbeam dijual seharga 12 guinea dan Golden Sunbeam dijual seharga 16 guinea. Penurunan harga pada tahun berikutnya membawa harga Royal Sunbeam turun ke 10 guinea.
Di tahun 1935 ICI memutuskan untuk menutup produksi sepeda dan fokus pada bisnis sepeda motor. Pada 1937, sepeda dan bisnis sepeda motor Sunbeam dibeli oleh Associated motorcycles dan memindahkan pabriknya di Plumstead, London Utara. Beruntung bagi tenaga kerja ICI yang tetap dipertahankan bekerja dan berkonsentrasi pada produksi radiator mobil. Demikianlah sejarah sepeda Sunbeam yang fenomenal itu. Harganya yang terbilang mahal membuat Sunbeam kalah bersaing dengan sepeda merek lainnya. Namun sejarah mencatat bila sepeda Sunbeam adalah The Special One dari Inggris. (OLdbike In History, Sumber : historywebsite.co.uk. Foto koleksi : oldbike.eu, pada foto tampak sepeda model The New Low – Built Golden Sunbeam buatan 1926)
Sumber : FB Oldbike in History

Presiden Soekarno & Ibu Negara, Fatmawati naik onthel di India thn 1950

soekarno-26
Di tahun 1950, presiden Soekarno mendapat undangan dari presiden India Rajendra Prasad untuk berkunjung ke India guna merayakan perayaan kemerdekaan bangsa India dari penjajahan Inggris. Turut serta dalam rombongan presiden republik Indonesia itu adalah Ibu Negara, Fatmawati. Rombongan ini bertolak dari Indonesia pada 23 Januari 1950. Setiba di India rombongan disambut Presiden Rajendra Prasad yang ketika itu berusia 70 tahun.
Setelah beberapa hari tinggal dan dijamu di istana kepresidenan, Bung Karno dan rombongan diundang perdana menteri India yang bernama Jawaharlal Nehru, dan diminta bermalam di rumahnya yang begitu besar dan indah. Fatma sangat mengagumi rumah Nehru yang berkonsep tradisional swadesi. Semua perabot dan perlatan rumah sang perdana menteri yang asli buatan bangsa India sendiri.
Dalam waktu singkat, Fatma sudah sangat akrab dengan Nehru. Ketika itu, usia Fatma baru 28 tahun. Nehru menyayangi Fatma bagaikan anaknya sendiri. Setiap jalan beriringan, Nehru selalu menggandeng tangan Fatma.
Nah, tibalah acara rekreasi. Salah satu objek yang wajib dikunjungi ketika kita ke India tentunya Taj Mahal. Sebuah musoleum yang begitu megah nan indah. Bangunan kuno ini terletak di Agra, Uttar Pradesh. Bangunan berarsitektur Islam India itu dibuat oleh Raja Mongol Shah Jehan pada 1627 – 1666, sebagai hadiah untuk permaisuri sang raja yang cantik jelita. Permaisuri yang ayu ini meninggal dunia pada 1631.
Iring-iringan mobil rombongan petinggi negara ini pun beranjak menuju Agra. Namun ketika dalam perjalanan ban mobil yang dinaiki Bung Karno dan Bu Fatma kempes. Alhasil, mobil yang digunakan presiden Indonesia pertama ini pun berhenti. Bung Karno pun mengajak Bu Fatma keluar dari mobil.
Selagi sopir, pengawal, ajudan sibuk mengganti roda ban mobil, Bung Karno menghampiri seorang warga India yang bersama masyarakat lain menyaksikannya di pinggir jalan. Entah apa yang disampaikan Bung Karno, yang pasti sebentar kemudian warga India itu menyerahkan stang sepeda kepada Bung Karno. “Ayo Fat,” ajak Bung Karno.
Bu Fatma kaget diajak sang suami naik sepeda. Sambil melangkah ragu mendekati Bung Karno, Bu Fatma berkata “Apakah kita akan melanjutkan perjalanan dengan sepeda. Masih jauhkah untuk sampai di Taj Mahal. Apa reaksi para petugas protokol kenegaraan India nantinya.Tamu negara kok boncengan sepeda,”
Belum semua pertanyaan itu terjawab, ketika Bu Fatma menempelkan pantatnya diboncengan sepeda. “Sudah siap, ayo kita bersepeda,” kata Bung Karno sambil mulai mengayuh sepeda, memboncengkan Fatmawati, menyusuri jalan menuju Taj Mahal di Uttar Pradesh.
Penasaran apa yang terjadi selanjutnya? Yaaa tentu saja selesai petugas mengganti roda, mobil segera menyusul Bung Karno, dan memohon agar presiden Indonesia itu naik mobil kenegaraan kembali. Bagaimana sepedanya? Yaa langsung dikembalikan ke tangan pemiliknya dengan satu catatan sejarah, “Sepeda ini pernah dinaiki Presiden Republik Indonesia, Sukarno dan istrinya, Fatmawati ” (Oldbike In History, Sumber : wisbenbae. Foto koleksi kitlv, pada foto Bung Karno dan Bu Fatmawati berboncengan naik sepeda di Agra, Uttar Pradesh, India 1950)
Sumber : FB Oldbike In History

Fongers BB 60 Crossframe: Asli Atau Aspal

Fonger BB 60
Tampilan sepeda Fongers BB 60 Crossframe ini memang apik namun apakah sepeda ini asli atau palsu. Nah, seorang pakar sepeda tua asal Belanda bernama Andre Koopmans mengatakan bahwa sepeda Fongers Crossframe (kruisframe) BB 60 ini sangat aneh. Andre mengatakan bahwa ketika Fongers BB 60 Crossframe ini dibuat, pabrik Fongers tidak lagi memproduksi sepeda Crossframe. Frame BB 60 ini memang frame Fongers namun ditambah atau dijadikan rangka silang yang lebih baru. Selain itu, frame silangnya berbeda dengan gambar Fongers crossframe yang ada di katalog Fongers tua. Andre pun mengatakan frame sepeda silang ini tampak bukan seperti buatan sendiri. “Saya tidak tahu apa ini, sangat aneh”, jelas Andre.
Menurut Andre, sepeda Fongers Crossframe terakhir diproduksi di tahun 1906 atau 1907. Pada katalog Fongers tua 1908, frame silang ini sudah hilang. Begitu juga pada katalog Fongers berikutnya, rangka silang ini sudah tak muncul lagi. Yang tersisa adalah sepeda-sepeda Fongers jenis transport untuk membawa barang. “ Jadi sepeda Fongers Crossframe BB 60 ini adalah buatan sendiri yang dilakukan oleh orang profesional, sehingga tidak terlihat seperti buatan disebuah gudang atau bengkel belakang rumah. Sepeda crossframe ini misterius”, jelas Andre.
Bingung juga nih pakar sepeda asal Belanda ini. Tapi bila kita mau menengok sejarah pemalsuan sepeda di Indonesia semestinya tak perlu bingung lagi. Pasalnya pemalsuan sepeda tua sudah ada sejak dari dulu hingga sekarang. Pelakunya pun orang-orang yang profesional dan tahu tentang sepeda onthel dari spesifikasi hingga model desainnya. Hati-hatilah bila membeli sepeda tua yang bentuknya aneh, apalagi dengan merek terkenal, sedang negara asal sepeda itu tak memproduksinya.(Oldbike In History, Foto koleksi : flickr.com)
Sumber : FB Oldbike In History

Sepeda Onthel Palsu Sudah Ada Sejak Jaman Kolonial Belanda

64748_532296840142665_748053564_n
Sepeda onthel aspal (asli tapi palsu) tak hanya beredar saat ini saja. Apalagi ketika sepeda tua kian diburu oleh banyak orang yang membuat sepeda tua semakin langka. Tentunya sepeda onthel aspal ini didominasi oleh merek-merek sepeda terkenal semacam Gazelle, Fongers, Simplex, Raleigh dan lainnya. Nah, karena saking langkanya sepeda tua ini, membuat segelintir orang memanfaatkan situasi kelangkaan sepeda tua itu dengan membuat sepeda onthel palsu untuk dipasarkan. Sedari frame hingga suku cadang sepeda pun tak lepas dari pemalsuan ini.
Pemalsuan sepeda onthel ini ternyata sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Ketika itu sepeda onthel yang sering dipalsukan biasanya merek-merek terkenal. Maklum, sepeda onthel merek terkenal hanya mampu dibeli oleh kalangan atas yang berduit. Namun bagi kalangan masyarakat biasa sepeda onthel merek terkenal merupakan barang mewah yang tak terjangkau harganya. Melihat hal ini, membuat segelintir orang untuk membuat sepeda palsu dengan merek terkenal yang harganya terjangkau.
Berikut beberapa berita tentang pemalsuan merek sepeda onthel yang dimuat koran jaman dahulu. Koran bernama Bataviaasch Nieuwsblac terbitan 1926 memuat berita tentang menyitaan sepeda merek Fongers palsu. “Menurut Aneta di Malang sebanyak 57 sepeda merek Fongers yang dipalsukan telah disita oleh polisi. Pemilik sepeda Fongers palsu itu adalah orang Cina namun dia mengklaim bahwa sepeda Fongers ini berasal dari saudaranya yang ada di Surabaya”. Foto berita tentang merek sepeda palsu berbahasa Belanda di bawah ini dimuat oleh koran bernama Het Nieuwsblad Voor Sumatra terbitan 1953 bila diterjemahkan bunyinya sebagai berikut “Kamis pagi polisi telah menyita sebanyak 32 sepeda palsu di toko yang menyediakan sepeda di Pasar Turi Surabaya. Sepeda palsu itu bermerek Raleigh, Fongers, Simplex, dan Gazelle,”
Tak hanya marak dengan pemalsuan sepeda, pencurian sepeda merek terkenal sering terjadi. Sepeda yang paling diincar saat itu adalah Raleigh, Fongers, Humber, Gazelle, Simplex dan merek terkenal lainnya. Tak hanya sepeda merek terkenal, sepeda tanpa merek pun amblas disikat maling. “Baroe-baroe ini telah hilang sepeda kepoenjaan toen Tong Hik Bao di rumahnja. Ada dua sepeda jang digondol maling satoe mereknja Raleigh dan satoenja lagi tak ada merek,” Demikian tulisan berita di koran Pelita Rakjat terbitan 1943. Bahkan ada koran berbahasa Belanda yang menyebutkan bahwa bangsa Hindia Belanda adalah “Bangsa Maling”
Bedanya dengan sekarang adalah sepeda aspal ini bisa dipasarkan dengan leluasa ke masyarakat dan penjualnya mampu meraup untung sebesar-besarnya. Sedang jaman dahulu sepeda palsu ini bisa disita polisi dan pelakunya bisa masuk bui.(Oldbike In History)
Sumber : FB Oldbike In History

Bandoeng Laoetan Onthel Itu Bukan Cerita Bohong

BLO
Pada masa yang lampau Bandoeng Laoetan Onthel itu sebenarnya ada dan bukan cerita bohong. Pada dekade 1920-an hingga 1940-an, jalan-jalan di kota Bandung masih didominasi sepeda onthel. Foto lama (Old Photograph) di bawah ini jadi buktinya. Foto suasana Jalan Braga (Bogerijen) ini dibuat sekitar tahun 1940. Tampak masyarakat kota Bandung banyak menggunakan sepeda onthel sebagai alat transportasi.
Menurut catatan sejarah, awalnya Jalan Braga merupakan jalan kecil di depan pemukiman yang cukup sunyi sehingga dinamakan Jalan Culik karena cukup rawan, juga dikenal sebagai Jalan Pedati (Pedatiweg) pada tahun 1900-an. Jalan Braga menjadi ramai karena banyak usahawan-usahawan terutama berkebangsaan Belanda mendirikan toko-toko, bar dan tempat hiburan di kawasan itu seperti toko Onderling Belang. Kemudian pada dasawarsa 1920-1930-an, muncul toko-toko dan butik (boutique) pakaian yang mengambil model kota Paris, yang saat itu merupakan kiblat model pakaian di dunia. Selain itu, juga dibangunnya gedung Societeit Concordia yang digunakan untuk pertemuan para warga Bandung khususnya kalangan tuan-tuan hartawan baik dari kaum elit Eropa maupun elit pribumi.
Tak hanya itu, dibangun pula hotel Savoy Homann, gedung perkantoran dan lainnya di beberapa blok sekitar jalan Braga, sehingga meningkatkan kemasyhuran dan keramaian jalan tersebut.
Menurut koran Tjahaja terbitan Bandung 1942, di kota Bandung telah terdapat 40.000 lebih sepeda onthel. Bisa dibayangkan, jalan-jalan di kota Bandung yang kala itu masih sepi kendraan bermotor dipadati puluhan ribu sepeda bagaikan Bandoeng Laoetan Onthel. Sangking banyaknya sepeda onthel yang berseliweran di jalan-jalan sehingga pemerintah mengadakan pendaftaran sepeda onthel untuk didata siapa saja pemiliknya. Pendataan sepeda onthel ini dilakukan untuk mengantisipasi pencurian sepeda onthel yang marak terjadi di kota Bandung.
Berikut cuplikan tentang pendaftaran sepeda :
PENDAFTARAN SEPEDA
Tentang pendaftaran sepeda diterima, chabar bahwa sampai sekarang banjaknja sepeda
Diini kota soedah sejoemlah 40.000 lebih. (Tjahaja 15 September 1942).
Demikianlah secuil sejarah sepeda onthel di kota Bandoeng tempo doeloe. Guna mengenang kembali Bandung sebagai kota sepeda, oleh komunitas sepeda onthel diadakan acara Bandoeng Laoetan Onthel. Acara ini bertujuan untuk menggalakan kembali sepeda sebagai sarana transportasi yang ramah lingkungan dan menyehatkan serta memperkuat silaturahmi para pencinta onthel di seluruh Indonesia, mengingat sepeda onthel merupakan warisan sejarah yang patut dilestarikan. Pertanyaannya? apakah tujuan acara Bandoeng Laoetan Onthel itu benar-benar dipahami dan diresapi oleh para pecinta sepeda tua atau hanya sekedar ajang pamer sepeda tua. Biar waktu yang menjawabnya. (Oldbike in History, Foto koleksi : Prentenkabinet Universitet Leiden, Belanda)
Sumber : FB Oldbike in History

BSA Airborne, Sepeda Tempur Inggris Yang Legendaris

BSA
Inggris sebagai salah satu anggota sekutu ketika perang dunia ke dua (WW 2) memang biangnya menciptakan kendaraan tempur yang jempolan. Banyak ragam jenis kendaraan tempur buatan Inggris ini, salah satunya adalah sepeda. Selain Jerman, Inggris juga negara yang paling jago menggunakan sepeda sebagai piranti pasukan tempurnya. Sebenarnya banyak merek sepeda Inggris yang digunakan oleh militer Inggris, seperti Raleigh, Philips, Royal Enfield, Sunbeam, dan BSA (Birmingham Small Arms). Namun, sepeda BSA inilah yang terbilang fenomenal khususnya sepeda yang disebut BSA Airborne. Konon berkat sepeda BSA Airborne ini pasukan para komando Inggris berhasil menembus jantung pertahanan pasukan Nazi di front Eropa Barat pada perang dunia kedua tahun 1944-1945. Pasukan para komando Inggris ini berhasil membuat kocar kacir pasukan Nazi di Normadia, Prancis, Belgia, dan Belanda. Alhasil, sepeda tempur ini pun menjadi simbol kebanggaan rakyat Inggris yang merayakan kemenangan pasukan sekutu atas pasukan Nazi. Keistimewaan sepeda BSA Airbone ini terletak pada bobotnya yang hanya 15 kilogram. Selain itu, rangka sepeda yang bisa dilipat (Folding Paratroopers Bicycle), sehingga dapat diterjunkan langsung bersama personil para komando RAF Inggris yang selanjutnya digunakan sebagai alat mobilisasi pasukan Inggris ke target-target penyerbuan. Salah satu pertempuran yang bersejarah ketika pasukan Inggris dengan BSA Airbone ini berhasil merebut kota Arnhem, Belanda dari tangan pasukan Nazi, Jerman.
Sepeda tempur ini disebut BSA Airborne karena sepeda ini sering diangkut dengan pesawat Dakota. Selanjutnya sepeda ini diterjunkan bersama penerjun payung dengan posisi penempatannya terlipat didepan tubuh penerjun payung ( para troops ). Sepeda tempur andalan Inggris ini banyak ditempatkan di semua penjuru medan perang, baik di daratan Eropa guna melawan Jerman dan Italia, Timur Tengah , dan Asia untuk melawan Jepang. Sepeda tempur ini terbilang efektif dalam pergerakannya. Pasalnya, pasukan sepeda ini dapat bergerak cepat baik siang maupun malam di segala cuaca. Tak hanya itu, pasukan bersepeda ini mampu bergerak tanpa dideteksi radar darat karena ketinggianya kurang dari 3 meter. Kecepatan pergerakan pasukan bersepeda ini, dalam satu jam bisa mencapai 5 hingga 10 kilometer. Pergerakannya pun tanpa mengeluarkan suara maupun getaran. Hebatnya lagi, pasukan sepeda ini tidak terdeteksi oleh pesawat musuh bila bergerak secara konvoi dimalam hari. Selain itu, pasukan sepeda asal Inggris ini banyak dilibatkan dalam memotong kompas atau menghadang pergerakan musuh.
Tampilan sepeda dengan ban 26 inchi ini memiliki desain yang terbilang futuristik dizamanya. Karena rangka sepeda pada masa itu umumnya memiliki ciri lurus dan kaku, sehingga BSA Airborne tampak menjadi sangat modern penampilannya. Bobot sepeda tempur ini tergolong ringan, namun terbukti mampu menopang beban pengendara sampai 100 kg tanpa menyebabkan kerusakan rangka. Bahan metal yang digunakan pada sepeda BSA Airborne ini memiliki mutu metalurgi yang luarbiasa kuatnya. Sepeda tempur dengan warna hijau army pasukan Inggris ini layak disebut sebagai salahsatu mahakarya yang tercipta saat perang dunia kedua terjadi.
Sepeda jenis ini jarang ditemui di Indonesia, karena ketika sekutu menghadapi pasukan Jepang (Dai Nippon) di Indonesia, sepeda tempur ini tidak pernah ditempatkan di pulau Jawa. Pasalnya, kondisi jalan-jalan di Jawa tergolong bagus dan Sekutu telah memperkirakan bahwa perang dunia dua (WW2) segera usai karena Jepang telah di bom atom . Selain itu, yang kendaraan tempur yang dibutuhkan di pulau Jawa adalah tank , panzer dan truk. Sedang pasukan sepeda Inggris ini hanya diterjunkan di wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya. Itu pun hanya untuk berjaga-jaga saja, terutama di wilayah perbatasan Malaysia dan Indonesia.
Kini sepeda tempur BSA Airborne menjadi buruan para pengemar maupun kolektor peralatan dan kendaraan sisa perang dunia ke dua. Soalnya, sepeda tempur ini dibuat sekitar 70 ribu unit saja dan konon sepeda tempur ini hanya tinggal 100 unit diseluruh dunia karena banyak diburu kolekstor sepeda tua. (Oldbike In History, Diolah dari berbagai sumber. Foto koleksi : bsamuseum, pada foto tampak sepeda BSA Airborne 1942-1945)
Sumber : FB Oldbike in History

Batavus, Legendanya Sepeda Kumbang

Batavus
Januari 1925 di Amsterdam, Belanda sedang diadakan pameran peluncuran sepeda Batavus terbaru. Masyarakat Belanda pun sangat antusias menyambut peluncuran sepeda Batavus itu. Demikian pula halnya Van Moellen, seorang onthelis asal Amsterdam. Moe, biasa ia disapa ketika itu masih muda sangat bersemangat melihat pameran stan sepeda Batavus tersebut. Ketika melihat jejeran sepeda Batavus keluaran teranyar terpampang di stand pameran, Moel pun berdecak kagum. Dalam hati ia berkata “Waah elegan dan gagah benar sepeda Batavus ini, pasti kelak sepeda ini akan menjadi salah satu legenda sepeda Belanda”. Setelah tanya tentang kelebihan sepeda Batavus pada penjaga stand, akhirnya Moel pun membeli satu unit sepeda Batavus tipe heren ukuran 24 inch. “Semoga sepeda Batavus ini mampu saya gunakan secara maksimal dan tak mudah rusak”, kata Moe.
Kini Moell telah berusia senja sekitar 84 tahun, namun sepeda Batavus yang ia beli di tahun 1925 itu tetap tampil kokoh menawan. Menurut Moel meskipun di bawah bayang-bayang nama besar Gazelle, sepeda Batavus banyak digemari oleh masyarakat Belanda maupun masyarakat dunia lainnya. Pasalnya, produsen sepeda ini sangat memperhatikan pembuatan konstruksi dan kinerja sepeda sehingga nyaman saat digunakan. Tak hanya itu, desainnya yang tampil sederhana namun nampak elegan dan tampil lebih bergaya alias modis. “Bahan framenya pun terkenal kuat dan tahan lama serta mudah perawatannya, harganya pun lebih murah ketimbang sepeda merek Gazelle. Hal ini tentunya menjadi pertimbangan orang untuk membelinya”, jelas Moe.
Menurut catatan sejarah, pabrik Batavus didirikan oleh Andries Gaastra yang berlokasi di di Friesland Heerenveen, Belanda 1909. Awalnya Gaastra memulai usahanya sebagai pedagang jam tangan dan mesin jahit untuk perang dan sepatu. Setelah melihat perkembangan industry sepeda di Belanda maju pesat , ia mencoba menjual sepeda Batavus. Semangat usahanya yang begitu tinggi, Gaastra dan istrinya yang bernama Dientje, membentuk sebuah perusahaan swasta di pusat kota Heerenveen. Mulanya mereka mulai berdagang barang Impor seperti sepeda dari Jerman. Setelah bisnisnya berkembang, ia pun mulai merakit sepeda sendiri. Taka da catatan di mana dan tahun berapa sepeda pertama bermerk Batavus dan bernama Batafus pertama dirakit. Di tahun 1909, nama merek Batafus pun terdaftar secara hukum di Belanda.
Dalam perjalanannya nama merk Batafus ini mulai beken dan dikenal pada tahun 1911. Namun, di bawah merk dagang ini, Gaastra masih menjual mesin jahit dan bagian-bagian sepeda (misalnya lampu karbid). Di tahun 1916 usaha perdagangan dan perakitan sepeda berjalan dengan baik , alhasil, Gaastra pun dianggkat sebagai pemimpin oleh perusahaan. Agar usaha sepeda menjadi lebih besar, Gaastra memutuskan untuk lebih fokus pada produksi sepeda di tahun 1917. Awalnya mulai merakit dan membeli sepeda berbahan nikel dari Phoenix di Heerenveen, yang sudah ada sejak 1895. Di tahun 1924 barulah sepeda merk Batavus digunakan. Singkat cerita Batavus telah sudah seratus tahun lebih bertahan dalam kondisi yang baik dan menjadi salah satu merek terkemuka di Belanda serta menjadi bagian dari produsen sepeda terkemuka di Eropa bahkan Dunia.
Di Indonesia, sepeda onthel Batavus tua terbilang banyak penggemarnya. Tampilan sepeda onthel Batavus yang klasik itu sangat digemari pecinta sepeda tua di Indonesia. Apalagi Batavus selalu membuat desain yang sama hampir selama satu abad. “Namun kini pecinta sepeda tua di Belanda tak menyukai sepeda Batavus . Soalnya, sepeda Batavus ini tak memiliki ciri khas desain sepeda Belanda pada umumnya. Tak hanya itu, sepeda Batavus tua tampilannya nampak kusam dan lusuh,” ungkap Moel.
Namun hal itu tak berlaku di Indonesia, beberapa kawasan terutama Jawa Tengah dan Jogjakarta sepeda onthel Batavus lebih digemari ketimbang onthel Humber maupun Raleigh sekalipun. Hal ini tergantung kondisi sosial masyarakat dan geografis daerahnya. Bahkan sepeda onthel Batavus tak kalah mahal dengan sepeda Raleigh dengan kondisi sama-sama orisinil.
Sebenarnya banyak tipe sepeda Batavus tua yang diproduksi. Salah satunya sepeda Batavus opsi rem tromol. Sepeda Batavus opsi rem tromol ini konstruksi kedua tuas remnya menempel pada stang dihubungkan oleh plat persegi berbentuk U yang terhubung dengan tromol lubang tiga enam. Sementara blok tromol depan menempel di sisi kanan roda. Selain itu, kayuhan sepeda ini terbilang sangat ringan karena ada kesesuaian antara jumlah gigi gir depan dan belakang. Apalagi dilengkapi dengan stang otomatis yang menghubungkan rem depan dengan rem belakang tentunya membuat aman saat dikendarai. Penampilan sepeda onthel Batavus yang simpel dari sepeda-sepeda tua lainnya bukan karena tidak adanya konsep. Namun sebaliknya, justru banyak pelajaran yang harus digali dari konsep yang mendasari desain sepeda tua, seperti sepeda Batavus ini.
Kata orang sih sepeda onthel Batavus punya cerita legenda, yaitu warnanya yang hitam kelam bila catnya menipis akan memunculkan warna meni merah kecoklatan mirip sayap kumbang. Istilah sepeda kumbang mungkin berawal dari kemiripan warna merah kecoklatan ini, sehingga ada orang yang menyebut sepeda onthel dengan istilah sepeda kumbang.
Sepeda Batavus paling cocok untuk daerah yang relatif datar. Konon menurut pengguna sepeda batavus di Belanda, untuk perjalanan jarak jauh, soal kenyamanan dan ketangguhan sepeda Batavus tak ada yang bisa menandinginya walau itu sepeda sekelas Gazelle. Katanya sih, mengendari sepeda Batavus seperti menggunakan mobil sedan Volvo. Soal nyamannya si Batavus ini berkat rancangan desain keseluruhan yang memang sudah diperhitungkan. Salah satunya adalah posisi kemiringan frame yang bertujuan untuk meredam goncangan. Hebatnya lagi, si pengguna tak perlu berkeringat meskipun Batavusnya dikayuh sampai jarak jauh. Tak percaya! Silahkan buktikan sendiri. (Oldbike in History. Diolah dari beragam sumber. Foto koleksi : Nederland Infomuseum, pada foto tampak stand pameran sepeda Batavus terbaru di Amsterdam, Belanda 1925)
Sumber : FB Oldbike in History

Gazelle, Sepeda Yang Melintas Zaman

Gazelle
Awal sejarah sepeda Gazelle ketika di tahun 1892 seorang bernama Willem Kolling mengundurkan diri sebagai karyawan agen kantor pos yang berada di daerah Dieren, Belanda. Kemudian ia mulai berbisnis sepeda yang dipesannya dari Inggris. Usaha penjualan sepeda ini kian berkembang pesat saat Willem Kolling bekerjasama dengan sahabatnya yang bernama Rudolf Arentzen. Rudolf Arentzen merupakan seorang pengecer perangkat dari besi dan kompor yang masih satu kampung dengan Willem Kolling.
Karena keinginanya yang begitu besar di bisnis sepeda, kedua sahabat itu di tahun 1902 membangun pabrik sepeda yang berlokasi di Dieren. Saat itulah sepeda Gazelle mulai dipasarkan di Belanda, dan selanjutnya di jual ke negara Eropa lainnya. Meskipun bisnis sepedanya berkembang pesat, namun di tahun 1905, Rudolf Arentzen memutuskan mengundurkan diri dari perusahaan yang didirikannya. Lalu posisinya diganti oleh saudara Willem Kolling yang bernama Hedrik Kolling.
Pada 1915, keluarga Kolling dan sepupunya bernama Jan Breuking mengganti nama perusahaan menjadi N.V. Gazelle Rijwiefabriek v/h Arentzen en Koling. Saat itulah permintaan sepeda Gazelle dari luar negeri berkembang pesat, termasuk dari Hindia Belanda (Indonesia) yang waktu itu menjadi wilayah jajahan Belanda. Konon di wilayah Hindia Belanda, Gazelle melakukan strategi marketing yang terbilang serius guna memperkenalkan sepeda Gazelle pada masyarakat di tanah jajahan Belanda itu. Beragam cara dijalankan, sedari memasang iklan diberbagai koran. membuat brosur, komik, hingga berkolaborasi dengan produsen radio di Belanda. Nah, nyatanya strategi ini sangat berhasil membuat citra sepeda Gazelle di Hindia Belanda menjadi bagus dan berharga tinggi.
Pada 1930-1931, Gazelle memperkenalkan model kerangka silang 9X dan 8V. Berbagai variasi merek Invicta termasuk merek Gelria diperkenalan dalam katalog Gazelle. Namun dalam perkembangannya pada masa Perang Dunia II (WW 2), pabrik Gazelle mengalami kerusakan hebat karena dihancurkan oleh tentara Nazi Jerman. Pasca Perang Dunia II, tepatnya pada Agustus 1946, Gazelle kembali berproduksi. Di tahun 1954, perusahaan gazelle yang merupakan perusahaan pribadi berubah menjadi in-corporation dan pada saat itu Gazelle telah memproduksi satu juta unit sepeda. Pada 1963, Gazelle melakukan merger dengan produsen sepeda Batavus dari Heerenveen, Belanda. Namun karena tidak ada kecocokan di antara dua produsen sepeda ini akhirnya kerja sama tersebut tidak bertahan lama. Alhasil, dua tahun kemudian kedua perusahaan itu berpisah.
Pada 1964, Gazelle merupakan perusahaan Belanda yang pertama memperkenalkan sepeda lipat (folding bike) yang dinamai kwiksteep. Sepeda ini dilipat pada sumbu horisontal di bawah siku-siku bawah (bootom bracket), tidak pada sumbu vertikal. Selang dua tahun kemudian tepat di tahun 1966, Gazelle memperkenalkan sepeda model tandem moderen yang ringan sebanyak dua juta unit. Dua tahun kemudian, Gazelle mengambil alih merek Juncker, Simplex dan Locomotive serta merek moped terkenal Berini. Selain itu, Gazelle mulai memproduksi hub poros depan dengan rem tromol (drum-brake front hub) bermerek Gazelle sampai sekarang.
Pada tahun 1971, Gazelle diambil alih oleh Tube Investment (TI) dan namanya sekarang telah berubah menjadi Gazelle Rijwielfabriek B.V. sebuah perseroan terbatas (private limited company). Baru pada tahun 1987, TI menjual divisi sepeda miliknya kepada Derby Cycles Corp, perusahaan multinasional yang berkantor pusat di New York yang juga memiliki pabrik sepeda bermerek Raleigh, Sturney-Archer dan merek-merek Jerman yang terkenal, seperti Kalkhoff, Rixe, Winora dan Staiger.
Hingga kini, Gazelle merupakan salah satu dari sedikit perusahaan besar pembuat sepeda yang masih memproduksi sepeda sendiri sebagian besar rangka sepeda. Sampai kini Gazelle masih menjadi pemimpin industri sepeda di Belanda.
Sepeda Gazelle dapat dilacak tahun pembuatannya dari daftar rangka yang disimpan di arsip Gazelle khususnya untuk periode pembuatan tahun 1916 – 1950. Sesudahnya, Gazelle menggunakan nomor langsung yang tertera di setiap sepeda sampai tahun 1974. Angka pertama mengacu angka terakhir tahun pembuatan. Semenjak tahun 1981, Gazelle menggunakan nomor rangka dengan tujuh angka. (Oldbike In History, diolah dari berbagai sumber Foto Koleksi : Gahetna, pada foto tampak show room sepeda Gazelle di Amsterdam, Belanda 1931).
Sumber : FB Oldbike in History

Simplex, Tampil Beda dan Fenomenal

Simplex
Bicara soal sepeda Simplex seolah tidak pernah ada habisnya. Pasalnya merek sepeda pabrikan Amsterdam, Belanda ini memiliki varian-varian dengan desain yang unik dan excellent. Sedari Simplex Cycloide, Zweefiets, Kruisframe, Neo dan model lainnya. Nah, dari sekian model Simplex itu yang menjadi favorit adalah Simplex Cycloide.
Menurut pecinta sepeda tua, Simplex Cycloide merupakan salah satu produk sepeda terkenal yang relatif langka. Orang biasanya akan langsung mengira ciri khas Simplex Cycloide ini hanya dari bentuk stang yang memiliki konstruksi unik, yaitu tuas remnya tidak diklem dan dibautkan ke pipa stang, melainkan masuk ke dalamnya. Padahal sebenarnya ciri khas Simplex Cycloid itu tidak berdasar dari model stang yang unik itu. Namun dapat dilihat dari bentuk As tengah yang memakai laker (Cycloide Wielnaaf ) berdiameter 55 mm. Model leker ini sama persis dengan sistem As tengah piringan pedal yang juga menggunakan laker. Nah, hal Inilah yang menjadi Ciri Khas sepeda Simplex Cycloide.
Pabrikan Simplex membuat tiga ukuran tinggi Simplex Cycloide ini. Untuk sepeda heren yakni: 580 mm, 620 mm dan 680 mm. Sedang untuk sepeda dames, yaitu: 520 mm, 560 mm dan 600 mm. Sistem rem Simplex Cycloide di tahun 1920-an masih menggunakan rem karet. Ketika itu hanya ada dua sistem teknologi rem yang digunakan. Yaitu, rem karet yang saat digunakan mencengkeram peleg depan maupun belakang, dan rem tusuk pada ban depan.
Perbedaan sistem rem yang dipakai itu ternyata berpengaruh pada bentuk desain setang yang digunakan. Sepeda dengan rem karet didesain menggunakan setang deluxe yaitu setang dengan tuas rem berada di dalam setang yang selama ini dikenal sebagai setang cycloide elite. Sedangkan sepeda dengan rem tusuk memakai setang polos sebagaimana setang torpedo dengan tuas rem tusuk depan. Kedua tipe setang tersebut menjadi perlengkapan standar untuk Simplex Cyloide. Selain itu, ciri lainnya adalah sepeda dengan rem karet menggunakan peleg vernikkel, sedangkan sepeda rem tusuk memakai velg hitam dihiasi lis kuning emas.
Dalam perkembanganya sistem rem Simplex Cycloide menggunakan sistem rem tromol di tahun 1930. Model Tromol pada Simplex Cycloide buatan 1930 terbilang istimewa. Pasalnya, tutup tromol terbuat dari besi cor sehingga lebih kuat dan awet. Beda dengan tromol Simplex Cycloide keluaran 1938 ke atas yang tutupnya memakai model plaat besi yang dipress. Selain itu, Ciri khas tromol model tahun 1930 ini bentuk handel rem menyerupai clurit atau sering disebut rem tromol model bokong Semar.
Gir tengah sepeda Simplex Cycloide ini mengadopsi desain palang tiga yang di Indonesia dikenal dengan gir mercy. Dinamakan gir mercy karena seperti simbol merek mobil mewah asal Jerman yaitu Mercy. Gir serupa ternyata tidak spesial hanya untuk tipe Cycloide, tetapi juga diterapkan pada varian Simplex lainnya. Selain gir mercy ada pula Simplex Cycloide yang menggunakan model Williams model K dengan model lima paku keling.
Akhirnya perlu diketahui bahwa setang deluxe dengan model tuas rem masuk di dalam setang sesungguhnya adalah komponen sepeda yang bersifat universal pada semua varian sepeda Simplex. Jadi bukan hanya eksklusif untuk varian Simplex Cycloide saja. Namun di tahun 1930-an, model setang jlimet itu memang hanya diterapkan pada Simplex Cycloide Elite dan Simplex Priesterrijwiel. Sementara varian sepeda lainnya di tahun 1930-an, seperti Simplex Cycloide Kruisframe hanya menggunakan setang model biasa yang kita kenal sebagai setang Simplex Neo.
Menurut catatan sejarah, awalnya pabrik Simplek didirikan di Utrecht Stationdwasstraat, Belanda di tahun 1887 dengan nama Simplex Automatic Machine Company. Pendirinya orang Inggris bernama Charles Bingham. Di tahun 1890, Simplex mulai memproduksi sepedan secara lengkap dan utuh. Produksi sepeda Simplex di tahun 1896 mencapai 5000 unit sepeda setelah pabriknya pindah tempat di Overtoom, Amsterdam Belanda. Pada tahun inilah produsen Simplex mendapatkan status sebagai pabrik sepeda terbesar di Amsterdam. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sepeda Simplex yang memang ngerock dan fenomenal ini. (Oldbike in History, diolah dari beragam sumber. Foto koleksi : flicker.com, pada foto tampak Simplex Cycloide buatan 1921).
Sumber : FB Oldbike in History

Burgers, Pioneernya Sepeda Belanda

Burger
Produsen sepeda Burgers didirikan oleh orang Belanda bernama Henricus Burgers (1843-1903), di kota Deventer, Belanda. Ia membuat sepeda pertamanya di tahun 1868, dan Burgers dikenal sebagai perintis pabrik sepeda pertama (pioneer) di negeri kincir angin itu. Tulisan Burgers selalu dilengkapi dengan huruf ENR, singkatan dari Eerste Nederlandsche Rijwielfabriek. Artinya Burgers adalah pabrik sepeda pertama yang didirikan di Belanda.
Menurut catatan sejarah, awalnya Henricus Burgers berprofesi sebagai pandai besi di kota kecil bernama Deventer. Karena keinginanya berbisnis sepeda, ia pun mendirikan pabrik sepeda Burgers di tahun 1875. Burgers pun menyatakan bahwa pabriknya merupakan industri sepeda pertama yang ada di Belanda.
Dalam perkembangannya, perusahaan Burgers kian maju, sehingga di tahun 1892 Burgers pun harus memperluas pabrik sepedanya. Alhasil, di tahun 1896 Burgers menjadi perusahaan sepeda yang tergolong besar di kota Deventer. Bermodal awal sekitar f 400.000,- Burgers membuat pabrik barunya yang memproduksi sebanyak 5000 hingga 6000 unit sepeda pertahun. Sebenarnya pada 1892 Burgers hanya mampu membuat sebanyak 2000 sampai 3000 unit sepeda. Semakin pesatnya produksi sepeda, akhirnya Burgers pun berubah menjadi perseroan terbatas. Burgers ketika itu bersama Simplex merupakan produsen sepeda terbesar di negeri Belanda.
Selanjutnya Burgers mempatenkan gear (crank) yang disebut “Burgers Excentric Gear” crankshaft. Di tahun 1900, Burgers memproduksi sepeda motor yang pertama, bahkan membuat mobil pertama kali. Pada 1897, Burgers Acatène adalah sepeda motor universal pertama diperkenalkan ke pasar. Burgers membuat sebagian besar onderdilnya sendiri, termasuk ban, pelek, jari-jari dan sadel. Di tahun 1900, Burgers memperoleh pedali perak diajang pameran sepeda dunia di Paris, Perancis. Di pameran itu, Burgers memperkenalkan sepeda lipat pertama kali yang dibuat di Belanda. Sepeda lipat untuk militer ini dirancang dan dibangun oleh Letnan Van Wagtendonk.
Pada 1900, Burgers membuat crankshaft keyless. Sebuah inovasi baru dalam hal komponen, Burgers pun membuat sendiri konstruksi Ballhead, sebuah fender yang diperpanjang dan rem permanen dipasang (stande) pada garpu belakang. Burgers juga merupakan pabrik sepeda pertama yang mempelopori semua sepeda menggunakan rantai.
Pada 1 Januari 1903, Henricus Burgers meninggal dunia tepat pada hari ulang tahunnya yang ke 60. Sebagai pengganti direktur perusahaan diangkatlah A. Beers hingga 1909. Kemudian A. Beers diganti oleh Gerad W.J. Kilsdonk yang menjalankan fungsinya sebagai direktur perusahaan selama 36 tahun. Kilsdonk, dikenal sebagai pengusaha yang dinamis bahkan ia dicap sebagai orang yang sangat otoriter dalam memimpin perusahaan Burgers.
Di tahun 1928, Burgers memperluas dan membangun pabrik sepeda yang kedua, dan didaerah Roermond pabrik Burgers dibuka. Pada 1931, Burgers membuat sepeda bertenaga mesin (hulpmotor) pertama kali. Selain itu, perusahaan Burgers pun menjual sepeda di bawah merek Padvinder, Riche dan New Elswick.
Adanya krisis ekonomi yang melanda Eropa termasuk Belanda pada dekade 1930-an yang meyebabkan persaingan industri sepeda sangat ketat, Burgers pun berusaha menjadi produsen sepeda dengan posisi terkemuka diantara produsen sepeda Belanda. Burgers berusaha tampil dengan memiliki kelebihan pada bagian-bagian sepedanya ketimbang sepeda perusahaan lain di masa kejayaannya sekitar tahun 1900. Tapi Burgers memainkan peranan itu sampai awal perang dunia pertama.
Berakhirnya perang dunia kedua merupakan awal dimulainya kemunduran secara bertahap perusahaan Burgers. Direktur Kilsdonk mengundurkan diri sebagai direktur pada April 1945, dan dia tidak akan kembali ke perusahaan Burgers. Perusahaan Burgers kemudian dikelola oleh pemerintah yang memperkenalkan sepeda mesin (moped) dan sepeda model olahraga modern. Pada akhir 1949, Albert de Geus ditunjuk sebagai direktur teknis Burgers. Dia sangat antusias dalam karyanya, namun sayang karya sang direktur teknis ini tidak berhasil. Contohnya pada 1952, ia memperkenalkan sepeda Whisper, sepeda bermesin khusus yang rendah noisenya, namun karena terkendala masalah teknis setelah beberapa bulan sepeda moped ini ditarik dari pasaran.
Pada periode selanjutnya di dalam kepemimpinan perusahaan Burgers terjadi perpecahan. Direktur De Geus percaya bahwa perusahaan Burgers tetap akan berjalan karena Burgers memiliki reputasi besar. Sedang para komisaris perusahaan percaya bahwa kepentingan para pemegang saham lebih baik bila Burgers digabung atau dilikuidasi.
Pada 1961, kondisi perusahaan sepeda Burgers kian memburuk. Perusahaan ini hanya memproduksi sekitar 15.000 sepeda pertahun. Selain itu, finansial perusahaan Burgers pada dekade 1950-an semakin menyusust. Alhasil, tanpa sepengetahuan sang direktur, Dewan komisaris merekomendasikan perusahaan Burgers untuk dijual ke Pabrik Sepeda PON dari Amersfoort. Para pemegang saham Burgers setuju, akhirnya di tahun 1961, Burgers di jual dan De Geus pun diberhentikan sebagai direktur Burgers.
PON merupakan merek sepeda yang tergolong lama, tetapi tidak memiliki nama besar di pasar sepeda Belanda. Namun dalam perjalanannya PON pun melikuidasi perusahaan dan menjualnya ke pabrik Juncker yang merupakan bagian dari Apeldoorn.
Burgers ketika diera kejayaannya merupakan salah satu pabrik sepeda terbesar di Belanda. Burgers memiliki nama besar untuk sepeda berkualitas tinggi. Bahkan Burgers tergolong perusahaan yang progresif dan inovatif sampai akhirnya pada tahun 1950-an, Burgers menjadi merek sepeda tanpa aura.
Ciri Sepeda Tua Burgers Deventer
Ciri yang akan segera terlihat dari sepeda Burgers adalah spatboardnya yang khas dengan lekukan membelah persis di tengahnya, sementara ujung depan maupun belakang agak mencuat menyerupai jambul.Stang Burgers berbentuk elang terbang leka dengan bentangan sayap terangkat tinggi (dhongklok), di tengahnya tertulis merek Burgers dalam huruf latin. Bentuk tuas rem pada stang Burgers ikut melengkung mengikuti bentuk stangnya. Stang Burgers seri lama biasanya terdapat cap lambang Burgers dibagian pipa bawah stang yang menghadap belakang . Selain itu, stang Burgers lama tuas rem bentuknya bulat seperti miliknya Gazelle, hanya ujungnya cembung tidak seperti Gazelle yang datar. Model stang juga cukup mendongak keatas, seperti bentuk stang sepeda tua lainnya.
Kom stangnya berbentuk lengkung serupa cincin, menggenggam tangkai lampu yang jika pada sepeda lain biasanya terdapat inisial merek, tetapi pada sepeda Burgers justru rata, tidak berlubang. Bahu fork bagian atasnya melandai. Karet rem depan maupun belakang menempel pada tuas berbentuk lengkung yang lebar, sementara klem kawat remnya menggunakan engsel seperti pada sepeda Batavus.
Seperti sepeda Batavus, Burgers tipe heren memakai gir depan berbentuk Y dengan rotel atau tangkai kayuhan yang bersegi (pingul). Ketengkasnya yang mungil tidak membungkus rantai secara penuh, tetapi hanya separo, yaitu hanya melindungi rantai dari sisi luar saja sehingga rantai tetap terlihat dari sisi kiri sepeda. Biasanya bawaan as roda sepeda Burgers ini menggunakan merek Atom. Burgers pun tampilannya sederhana, kuat, dan ringan dikayuh sehingga membuat sepeda ini cukup nyaman untuk perjalanan jauh.
Nomor Frame Burgers
Tidak ada data lengkap dari nomor frame Burgers. Namun demikian, Burgers selama tahun 1930 – 1961 sampai saat ini bisa dikenali secara langsung. Kebanyakan nomor frame dari periode ini, dikenali dengan Huruf di depan angka, kecuali dengan nomor (lima digit) yang dijelaskan sebagai berikut :
Periode tahun – Frame
1. 1930-1936 C
2. 1937-1949 E
3. 1950-54 H
4. 1955-56 K
5. 1956-61 S
6. 1940 R
Sering juga penomoran Burgers ini tumpang tindih dan tidak tertib karena periodenya tidak tentu, kadang dalam empat hingga enam tahun. Contoh nomor seri C85372 bila diurutkan dalam jumlah produksi per 100.000 unit maka nomor frame C85372 itu sekitar tahun 1935-1936. Setelah Burgers bergabung dengan PON (Amersfoort) sehingga frame number mengikuti sistem penomoran produksi PON. (Oldbike in History, diolah dari beragam sumber. Foto koleksi : onthelpotorono, pada foto tampak model Burgers tipe heren)
Sumber : FB Oldbike in History

Anak Moeda Soeka Humber

Humber
Ini cerita tentang kesukaan anak moeda kepada sepeda onthel bernama Humber di zaman revolusi Indonesia 1947-1949. Konon kala itu sepeda onthel merupakan sarana transportasi andalan masyarakat Indonesia. Beragam merek sepeda onthel ada di jalan-jalan baik di perkotaan maupun di desa-desa. Namun ada satu merek sepeda onthel yang paling disoeka kalangan kaoem moeda adalah sepeda onthel merek Humber buatan Inggris (England). Koran Pelita Rakjat terbitan 1947 pernah menulis tentang sepeda paling disoeka kaoem moeda yaitu Humber. Biasanya Humber yang disuka adalah sepeda dengan cat berwarna hitam maupun hijau. Selain itu, sepeda Humber ini dilengkapi dengan pengatur kecepatan perseneleng sturmy Acher baik untuk jenis heren maupun dames. Namun yang paling disuka kawula moeda kala itu adalah Humber berwarna hijau. Koran Pelita Rakjat pun menulis tentang tingginya pencurian sepeda onthel, dan Humber merupakan sepeda yang paling diincar para pencuri.
Tak hanya itu, sepeda Humber di Indonesia kala itu biasanya dipunyai oleh orang Indo Eropa, Tiongkok, dan priyayi pribumi. Bila ditelusuri sejarah keberadaan sepeda Humber di Indonesia memang benar bila sepeda Humber banyak dimiliki oleh kaum elit pribumi. Umumnya sepeda onthel Humber dimiliki para pegawai pemerintahan semacam Wedana, Mantri Polisi, Mantri Guru, dan Mandor Pabrik. Mereka menganggap dengan memiliki onthel Humber sebagai lambang keningratan.
Hal ini tak lepas dari asal sepeda Humber. Di Inggris sejak lama sepeda onthel Humber digemari oleh kalangan keluarga kerajaan Inggris (The Royal Kingdom). Sebut saja King Edward VII memakai sepeda Humber, begitu pula King George V, Prince from Connaught, Princes Louise, Prince Cornwall and York, The Duchess of Fife, Princes Maud dan Victoria Wales. Keluarga kerajaan Inggris ini selalu kompak untuk mengendarai sepeda yang terkenal di dunia itu. Ciri khusus sepeda Humber ini dapat dilihat dari tampilan garpu yang disebut Duplex. Bentuk garpu ini tampil berani beda, di mana pipa garpu masing-masing terdiri dari dua tabung terpisah. Sementara gir depannya bercorak atau berbentuk lima orang yang bergandengan tangan. Alhasil, sang desainer sepeda ini yaitu Thomas Humber memberikan julukan sepeda Humber sebagai sepeda kaum ningrat (The Aristocrat of Bicycles).
Sepeda yang diproduksi sejak 1880 ini memiliki banyak tipe atau seri. Sebut saja seri BZ yang paling banyak digemari orang dulu khususnya sepeda jenis dames. Seri lain yang juga disukai orang adalah seri FA. Seri ini merupakan produk lebih muda yang rata-rata kondisinya hingga kini tampil lebih mulus. Pada seri-seri tua, seperti seri AD dan AF (tourist) banyak diburu orang karena desainnya yang spesial, antara lain ada tuas (gondel) untuk mengunci stang agar tidak berbelok.
Sepeda Humber ini memang sangat nyaman dikendarai. Pada gigi normal, selain ringan dikayuh, bawaannya juga mantap dan stabil. Apalagi pada posisi gigi (belakang) besar, kayuhan menjadi sangat ringan sehingga memungkinkan untuk dikayuh pada jalan tanjakan. Sedangkan gigi kecilnya akan membuat sepeda ini mampu melesat sangat cepat di jalan datar dan menurun. Semua itu dimungkinkan oleh adanya persneling Sturmey Archer buatan England yang ikut mencirikan sepeda buatan Raleigh industry sebagai salah satu sepeda mewah yang terus dikenang hingga sekarang. Memiliki sepeda prestisius yang bila dionthel berbunyi cik, cik, cik… merupakan salah satu impian orang Indonesia kala itu. (Oldbike in History, diolah dari berbagai sumber, foto koleksi : Dienst voor. pada foto tampak anak moeda sedang mejeng dengan sepeda Humber 1947 )
Sumber : FB Oldbike in History

Phillips, Topnya Sepeda Inggris Setelah Raleigh

Philiips
Inggris memang selalu memunculkan sepeda-sepeda kelas dunia. Sepeda buatan Inggris selalu menjadi panutan bagi produsen sepeda di seluruh jagat raya. Selama ini kita mengenal sepeda merek Raleigh sebagai sepeda terbesar di Inggris. Namun ada salah satu merek sepeda yang terbilang top di Inggris yaitu sepeda merek Phillips. Bahkan Phillips merupakan sepeda terbesar di Inggris setelah Raleigh.
Sejarah sepeda Phillips berawal ketika seorang bernama Walter Phillips membuat sepeda sekitar tahun 1880 di Birmingham, Inggris. Perusahaan sepedanya bernama Phillips Cycles Ltd yang merupakan produsen sepeda Inggris berbasis di Smethwick dekat Birmingham.
Sebenarnya sejarah sepeda Philips dimulai pada awal abad ke 20, kemudian Phillips diambil alih oleh Raleigh Industries sehingga masuk dalam British Cycle Coorporation (BCC) yang menangani beberapa merek sepeda seperti Raleigh, BSA, Phillips, Hercules, Sun, dan lainnya. Sebelum diambil alih oleh Raleigh, selama beberapa tahun Phillips merupakan produsen sepeda terbesar kedua setelah Raleigh. Moto perusahaan Phillips adalah “Terkenal Di Dunia”. Selain itu, Phillips adalah merek sepeda yang digunakan di seluruh dunia, terutama di Cina dan Timur Jauh setelah dilisensi oleh Raleigh Industries.
Perusahaan ini menghasilkan jutaan sepeda yang banyak diekspor keberbagai negara. Phillips pun memproduksi beberapa sepeda bermesin (moped) seperti model Panda dan Gadabout.
Phillips adalah salah satu eksportir sepeda paling top dan sukses di Inggris. Industri sepeda Phillips dinasionalisasi selama perang dunia, dan Phillips membuat sepeda militer untuk kepentingan tentara Inggris. Setelah perang dunia ke dua (WW2) selesai dalam sebuah gerakan nasional guna membayar hutang perang ke Amerika Serikat, industri sepeda Inggris memiliki peran penting dalam membantu pemerintah Inggris untuk melunasi hutang dan membangun perekonomian Inggris setelah perang.
Di Indonesia sepeda Phillips terbilang banyak yang menyukainya. Pasalnya, sepeda ini harganya relatif lebih murah ketimbang merek sepeda lainnya. Konon, Phillips banyak dipunyai oleh kalangan guru, petani, pegawai negeri sipil, dan sebagainya. Ingat sepeda kumbangnya Umar Bakri, Phillips itu merek sepedanya. (Oldbike In History, diolah dari berbagai sumber. Foto koleksi: cyclingnsht, foto iklan sepeda Phillips 1935)
Sumber : FB Oldbike in History

Raleigh, Sepeda Yang Mumpuni

Raleigh
Raleigh merupakan salah satu produsen sepeda tertua di dunia yang berbasis di Nottingham, Inggris. Produsen sepeda ini terbilang unggul, baik dari teknologi maupun ekonomi. Dari segi teknologi, sepeda Raleigh lebih maju dibanding sepeda pesaingnya. Raleigh awalnya memperkenalkan slogan The All Steel Bicycle yang artinya semua logam yang digunakan pada sepeda Raleigh memakai baja. Bahan baja ini untuk membedakan sepeda Raleigh dengan pesaingnya yang biasanya menggunakan cor besi pada bagian penting. Cor besi ini adalah teknologi rendah yang hasilnya lebih kasar. Dari sisi strategi marketing maupun ekonomi tergolong mumpuni dengan mengambil alih beberapa produsen sepeda. Alhasil, Raleigh pun menjelma menjadi raksasa industri sepeda kelas dunia.
Sejarah Raleigh berawal pada 1887, di Raleigh Street, Nottingham. Perusahaan ini didirikan oleh Frank Bowden. Awalnya ia membeli sepeda yang dibuat oleh tiga orang yaitu Woodhead, Angois dan Ellis. Di tahun 1888, Bowden mendirikan The Raleigh Cycle Corp. Dalam perjalanannya, perusahaan sepeda ini tumbuh pesat, namun oleh Frank Bowden, perusahaan Raleigh dijual dengan mendapatkan keuntungan berkisar antara £ 100.000 (setara dengan sekitar 5 juta poundsterling).
Di tahun 1902, roda gigi merk Sturmey Archer ditambahkan pada sepeda produk Raleigh. Pada 1908 perusahaan ini dibeli kembali oleh Bowden, ia pun menangani perusahaan Raleigh dengan serius. Alhasil, diawal 1920-an, Raleigh menjelma menjadi produsen sepeda terbesar di dunia. Raleigh mampu menghasilkan 100.000 sepeda onthel, 250.000 15.000 hub roda gigi sepeda motor dan 50.000 sepeda motor gearbox.
Ketika terjadi krisis ekonomi di Eropa pada dekade 1930-an, Raleigh mampu selamat dari tekanan yang hebat. Hal ini disebabkan oleh adanya siklus Humber pada tahun 1932 dan tahun berikutnya mulai memproduksi sebuah mobil beroda tiga. Di tahun 1934, Raleigh kembali menjadi perusahaan publik dengan nama Raleigh Cycle Holdings Ltd, yang menerbitkan saham lebih dari £ 2 juta (= sekitar £ 65 hari). Di tahun 1938, produksi sepeda Raleigh menjadi hampir 500.000 unit pertahun. Raleigh pun menghentikan produk sepeda motor dan mobil.
Selama Perang Dunia Kedua pada 1939 hingga 1945, Raleigh berkonsentrasi pada pabriknya. Dalam rentang itu, diluncurkan pula sepeda Robin Hood. Tak hanya itu, Raleigh juga mengakuisisi Rudge Whitworth.
Setelah perang usai, meskipun kekurangan bahan baku berupa baja, siklus produksi Raleigh tetap meningkat pesat. Ini dibuktikan dengan produksi sepedanya di tahun 1949 telah mencapai sekitar 750.000 unit sepeda yang sebagian besar untuk diekspor ke berbagai negara.
Pada tahun 1958, Raleigh Industries memproduksi sepeda bermesin (moped), pun kemudian meluncurkan skuter. Hebatnya lagi selama periode ini, Raleigh Industries mengakuisisi dua perusahaan yang menjadi saingan utamanya yaitu Triumph dan Three Spires pada tahun 1954. Di tahun 1957, Raleigh pun mengambil alih BSA (termasuk New Hudson dan Sunbeam).
Dalam perkembangan selanjutnya, Raleigh Industries kemudian diambil alih oleh Tube Investments (TI), yang dimiliki British Cycle Corporation (BCC) yang menangani perusahaan Phillips, Hercules, Norman dan Sun. Dampak dari merger ini adalah penjualan sepeda Raleigh semakin berkurang pada tahun 1950.
Pada bulan Oktober 1960, perjanjian lisensi disusun sehingga Raleigh memungkinkan untuk membuat produk baru antara lain roda-kecil, unisex dan dual-suspensi sepeda Moulton. Di bulan Maret 1964, Raleigh memperkenalkan prototype Moulton bicycle RSW16: sebuah sepeda roda kecil unsprung yang baik, lebih kuat dan lebih murah. Sepeda ini dijual melalui dealer-dealer resmi Raleigh. Pada tahun 1968, Raleigh memperkenalkan sepeda H-frame beroda kecil yang menjadi produk dengan penjualan terbesar dan tetap akan diproduksi sampai 16 tahun kemudian.
Ragam Model Sepeda Raleigh
Berdasar katalog Raleigh keluaran 1911 ada sekitar 400,000 unit sepeda Raleigh yang diekspor keberbagai negara yang diikuti dengan daftar negara pengimport, menarik dari daftar itu ada West Indies dan Java, selain itu ada beberapa negara yaitu Holland, France, China, India dan lain sebagainya.
Sepeda Raleigh yang diproduksi di tahun 1911 memiliki 10 model yaitu :
1. Model Superbe Raleigh
2. Special Raleigh
3. The Raleigh Tandem
4. First Grade Raleigh
5. Standar 3-Speed Raleigh
6. All-Weather Raleigh
7. Raleigh Racer
8. Featherweight Raleigh
9. Popular Raleigh
10. Boys dan Girls Raleigh
Raleigh Tua Model Tourist
Sepeda Raleigh tua model tourist yang diproduksi sebelum tahun 1940 – an , dapat dilihat dari ciri sistem rem karet yang berbeda dengan sistem rem karet pada Raleigh Touris yang lebih muda. Raleigh Tourist tua bentuk U untuk pegangan karet rem berbeda, selain itu, keni yang lurus tanpa koekan , tak ada tonjolan untuk tempat pompa . Tak hanya itu, perbedaannya pun terdapat pada garpu depan bagian dalam, ada dua tonjolan yang dikiri kanan bagian atas garpu sebelah dalam serta model holder sepatu karet rem yg agak memanjang berbeda dengan holder sepatu rem karet pada Raleigh Tourist yang dibuat setelah tahun 1940- an.
Operan perseneling yang dipasang pada Raleigh model Tourist tua era 1920 – an , bahan tutup pasangan tromol perseneling tidak terbuat dari plat besi tapi berbahan dural atau alluminium yang dicampur timah hitam. Sedang tulisan Sturmey Archer terpahat didalamnya.
Disamping itu, spakbord belakang Raleigh Tourist tua pada bagian tengahnya tidak di baut ke bagian koneksi penahan sapit urang belakang seperti umumnya sepeda raleigh yg keluar belakangan , namun sistemnya memakai jepitan dari plat tipis berbentuk U yg sifatnya seperti pegas. Bila akan melepas spakbord belakang harus menekan plat tipis berbentuk U tersebut agak kedalam dan mengeluarkan nog- nya dari pipa penahan garpu belakang . Pun, stang Raleigh Tourist tua bentuknya berbeda dengan Raleigh Tourist yang lebih muda. Bentuk holder handel stang Raleigh Tourist tua menyatu dengan body stang dan tidak di baut seperti stang model Raleigh Tourist yang berikutnya.
Istimewanya lagi, Raleigh Tourist tua memiliki tuas kecil (gondel) di sebelah kanan untuk mengunci stang agar posisinya terkunci mati sehingga tidak bisa belok ke kiri atau kanan saat di kendarai, atau juga bisa lepas tangan, saat tangan digunakan untuk keperluan lain seperti membidik senapan saat mengejar penjahat atau untuk hal-hal lainnya. Fungsi gondel lainnya adalah untuk memarkir sepeda agar posisinya lurus . Gondel atau tuas kecil ini menghilang setelah Raleigh model Tourist yang lebih muda muncul. (Oldbike In History, diolah dari beragam sumber. Foto koleksi : mbzponton.org, pada foto tampak sepeda Raleigh Tourist buatan 1950)
Sumber : FB Oldbike in History

Cikal bakal rantai, Club sepeda & balapan sepeda

484731_524991737539842_1136201113_n
Setelah digunakannya rantai dan gir pada sepeda membuat kereta angin ini menjadi alat transportasi umum yang banyak digunakan masyarakat zaman dahulu.. Gir dan rantai sepeda ini diperkenalkan pertama kalinya oleh orang Inggris bernama J.K. Starley pada 1885, sehingga sepeda menjadi alat transportasi wajib. Pasalnya, selain mudah dan praktis, sepeda tak memerlukan bahan bakar. Sejak saat itu banyak bermunculan pembuatan model atau desain sepeda baru.
Hal ini tentunya memicu lahirnya kompetisi lomba balap sepeda. Namun saat itu, kompetisi balap sepeda hanya ada di Inggris, Belanda, Prancis, dan negara-negara industri Eropa lainya yang notabene adalah negara cikal-bakalnya sepeda. Kolonialisasi yang dijalankan bangsa Eropa ke berbagai penjuru dunia (termasuk Indonesia) turut menyebarkan tren sepeda ke seluruh dunia. Sepeda kemudian menjadi sangat terkenal diberbagai bangsa, khususnya bangsa jajahan Eropa yang belum terlalu mengenal sepeda. Biasanya masyarakat terjajah ini menggunakan gerobak atau kereta kuda sebagai sarana transportasinya.
Salah satu negara jajahan yang mempunyai tren bersepeda yang cukup tinggi adalah Hindia Belanda (Indonesia). Hal ini dipengaruhi oleh penjajahan Inggris dan Belanda yang cukup lama. Awalnya komunitas atau klus sepeda didominasi oleh orang-orang Belanda atau orang Eropa lainnya. Dalam catatan sejarah ada club sepeda bernama De fietsclub van G.S. Vrijburg asal Bandung yang anggotanya sebagaian besar anak-anak muda keluarga Belanda.
Barulah setelah Indonesia merdeka, sepeda mulai bisa dimiliki oleh orang biasa karena adanya eksport sepeda besar-besaran dari Inggris dan Belanda. Hal ini kemudian memacu munculnya komunitas-komunitas sepeda dan kompetisi balap sepeda di kalangan pribumi. Balap sepeda kemudian menjadi tren yang mumpuni di kalangan rakyat Indonesia. Saat itu, Semarang dan Bandung menjadi pusat tren komunitas atau club sepeda di Indonesia.
Ada dua orang arsitek asal Belanda bernama Ooiman dan Van Leuwen membuat velodrom atau tempat khusus untuk balap sepeda di Semarang. Perkembangan balap sepeda di Indoensia makin maju setelah banyak perusahaan-perusahaan Asing dan semi Indo yang mau membiayai even-even balap sepeda. Bahkan saat itu sudah lazim pembalap sepeda dibiayai oleh perusahaan-perusahaan seperti Tropical, Triumph, Hima, Mansonia, dan perusahaan-perusahaan ekspatriat lainya.
Walaupun saat masa penjajahan Jepang kegiatan yang berhubungan dengan sepeda sempat terhenti, namun pasca kemerdekaan, Sepeda ngetren kembali. Bahkan tahun 1948, sudah ada klub sepeda asal bandung bernama Super Jet yang kemudian berubah nama menjadi sangkuriang. Hal ini kemudian banyak menginspirasi daerah-daerah lain untuk mendirikan klub sepeda, diantaranya Solo, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Jakarta, dan kota lainnya.
Harian Pelita Rakjat terbitan 1948 menulis tentang balapan sepeda di daerah Gresik, Jawa Timur dan hebatnya lagi sepeda untuk lomba balap itu bukan sepeda balap (race fietsen), tapi sepeda onthel. Balapan sepeda onthel ini menempuh jarak 15 kilometer jalan yang ada di kota Gresik.
Perkembangan balap sepeda ini kemudian makin gemilang setelah bandung berhasil membuat even balap sepeda bertaraf Internasional, yaitu Tour de Java 1 pada tahun 1958, Asal tahu saja, even ini adalah even lomba balap sepeda pertama di Asia, jadi bisa dibilang, Indonesia adalah pelopor lomba balap sepeda di Asia. Dalam lomba itu, menempuh rute bandung-Surabaya-Bandung dengan total jarak tempuh hampir 2000 km dan terbagi dalam 18 etape. Sejak saat itu, balap sepeda di Indonesia makin dikenal. Namun sayang, prestasi Indonesia di ajang balap sepeda masih tumpul, meskipun Indonesia merupakan pelopor balap sepeda di kawasan Asia. (Oldbike In History, diolah dariberbagai sumber. Foto koleksi : kitlv, pada foto tampak klub sepeda G.S. Vrijburg asal Bandung 1917).
Sumberr : FB Oldbike in History

HIMA, Dari Amsterdam Menuju Bandung

Hima
Seorang sejarawan asal Belanda bernama Corresp A di tahun 1934 menulis tentang kepindahan pabrik sepeda Hima (Hima Rijwielfabriek) dari Amsterdam ke Bandung, Hindia Belanda. Dalam sebuah wawancara dengan Mr Von Meyenfeldt, Direktur perusahaan SL Manson & Co, produsen sepeda Hima Bandung, menjelaskan bahwa kepindahan pabrik sepeda Hima ke Hindia Belanda adalah akibat dari semakin memburuknya kondisi pabrik Hima yang menuju kearah kebangkrutan. Hal ini terjadi karena semakin ketatnya persaingan industri sepeda di Belanda yang sebagian dipegang oleh raksasa industri sepeda semacam Gazelle, Batavus, Fongers, Burgers dan lainnya. Apalagi industri sepeda di Belanda juga diramaikan oleh pasaran sepeda dari bangsa Eropa lainnya.
Selain itu, biaya operasional pabrik sepeda Hima yang kian membengkak akibat adanya biaya tinggi yang menindas industri kecil. “Sulit bagi kami untuk mempertahankan pabrik Hima tetap beroperasi di Belanda akibat persaingan yang sangat keras dan biaya tinggi termasuk upah buruh yang tinggi sehingga kami memutuskan untuk beroperasi di Hindia Belanda,” jelas Mr Von Meyenfeldt.
Konon, pada 1930-an upah buruh di negeri Belanda sangatlah tinggi. Tingginya upah buruh ini banyak berpengaruh bagi industri-industri di Belanda, terlebih lagi di kalangan industri kecil. Hima pun terkena imbas upah buruh yang melonjak tinggi ini. “ Dalam keadaan tersebut Hima harus memproduksi sepeda yang cukup banyak untuk diekspor ke Hindia Belanda. Hima pun harus memberi upah para pekerja dengan biaya yang cukup banyak sehingga sangat menguras keuangan perusahaan Hima. Bagaimana Hima harus membuat sepeda sementara upah buruh dua kali lebih besar ketimbang bahan baku sepeda,” imbuh Mr Von Meyenfeldt.
Koran terbitan Belanda bernama Middelburgsche Courant, menulis tentang kepindahan pabrik Hima terjadi di tahun 1934 dan para direksi pabrik Hima memilih Bandung sebagai tempat untuk mendirikan pabrik Hima yang baru. Diharapkan dengan kepindahan pabrik Hima ini akan lebih berkembang, mengingat pada dekade 1930-an industi metal (metalurgi) di Hindia Belanda sangat berkembang dengan semakin banyaknya produk metal yang diekspor ke beberapa negara Eropa dan Amerika.
Hima (De Hollandsche Industrie Maatscapai) di Bandung mempunyai tugas agar biaya operasional pabrik Hima lebih murah dibanding di Amsterdam, Belanda. Di wilayah Hindia Belanda ini tenaga-tenaga buruh masih jauh lebih murah sehingga biaya produksi pun akan jadi lebih hemat. Dalam melakukan bisnis sepeda di Hindia Belanda, Hima pun menggandeng sekolah-sekolah teknik di Bandung. Para lulusan teknik ini direkrut oleh Hima untuk menjadi buruh pabrik sepeda asal Belanda itu dengan upah yang rendah. Mr Von Meyenfeldt, mengatakan bahwa di Hindia Belanda banyak sekali tenaga kerja yang mau membantu atau bersedia menjadi karyawan pabrik Hima meskipun dengan upah yang terbilang rendah. Meskipun para karyawan ini mendapat upah rendah, mereka merasa terbantu untuk meningkatkan penghasilan maupun kemampuan belajar teknik setelah mereka lulus dari sekolah. “Mereka menyambut baik dengan berdirinya pabrik sepeda Hima di Bandung ini, sehingga para lulusan teknik dapat berpraktek menerapkan ilmunya di Hima,” imbuh Mr Von Meyenfeldt.
Pendirian pabrik Hima di Bandung itu mendapat perhatian dari pemerintah Hindia Belanda yang cukup besar. Pemerintah Hindia Belanda telah banyak bersimpati dan berkomitmen mendukung industri sepeda Hima ini. Alhasil, Hima pun memberikan kesempatan bagi siswa sekolah-sekolah teknik atau industri untuk bekerja di pabrik Hima, sehingga akhirnya Hima memiliki tenaga-tenaga profesional dari orang-orang pribumi selain teknisi dari orang-orang Belanda sendiri yang biasanya menempati posisi sebagai pengawas atau manager teknik pabrik Hima.
Dalam perkembanganya industri sepeda Hima di Bandung mengalami kemajuan pesat. Guna merambah pangsa pasar yang lebih luas dan bisnis yang lebih besar akhirnya perusahaan SL Manson & Co memindahkan pabrik sepeda Hima ini ke Surabaya. Lokasi pabrik Hima di Surabaya ini tepatnya ada di kawasan Rungkut. Konon, SL Manson & Co ini juga mendirikan pabrik sepeda merek Janco di Bandung dan merek Marten di Malang. Setelah cukup lama beroperasi di Surabaya, akhirnya pada 1975 Hima menutup pabrik sepedanya di Surabaya. (Oldbike in History, diolah dari beragam sumber. Pada foto sepeda merek HIMA).
Sumber FB : Oldbike in History

Fongers, Katanya Bukan Sepeda Biasa


381975_483367528368930_1809786916_n

Fongers merupakan salah satu sepeda asal Belanda yang banyak diburu orang Indonesia saat ini. Maklum sepeda asal Groningen, Belanda ini sudah masuk kategori barang langka bernilai mahal. Menurut seorang pakar sepeda, Fongers konon tak hanya sekedar sepeda, namun sepeda ini merupakan lambang status dan sistem. Disebutkan dalam iklan sepeda Fongers, bila sepeda buatan Belanda ini bukan sekedar Fiets, namun lebih ke Rijwiel. Sebenarnya kata Fiets maupun Rijwiel dalam bahasa Belanda itu identik dengan sepeda. Namun dalam penggunaannya, Fiets dan Rijweil berkaitan dengan konsep yang dibedakan. Kata Fiets lebih condong ke situasional sehari-hari, sedangkan Rijwiel adalah sesuatu yang dikaitkan dengan persepsi khusus yaitu istimewa, kelas tersendiri, aristokrat dan mewah.
Tak sampai disitu, Fongers adalah sepeda kelas tersendiri yang berbeda dengan merek lain. Pun, Fongers adalah sepeda yang jelas asal-usulnya. Pasalnya, sepeda ini tak sekedar diproduksi, tapi juga dicatat dan didata dengan baik dan terstruktur dengan rapi. Fongers di negeri asalnya, tak hanya sekedar barang yang berwujud sepeda, namun Fongers sudah merupakan pribadi dan sistem yang membuat sepeda menjadi produk yang berwibawa. Bila orang-orang Indonesia dulunya menggemari sepeda Fongers ini memang tak lepas dari persepsi orang Indonesia kala itu. Yang memandang sesuatu tak hanya memiliki nilai fungsi saja, biasanya juga dikaitkan dengan nilai gengsi. Apalagi di zaman kolonial Belanda, masyarakat dibagi dalam beberapa strata(kelas), yaitu kelas satu yang punya hak istimewa, terdiri dari orang-orang Eropa. Lalu ada bangsa timur seperti Cina dan Arab. Baru kelas paling bawah yaitu orang pribumi (inlander).
Jenis sepeda Fongers yang diproduksi beragam. Ada tipe BB, BD, CCG, BDG, HF, HZ, H, dan lainnya. Namun yang menjadi buruan orang Indonesia adalah tipe Fongers BB. Terlebih lagi Fongers BB yang diproduksi sebelum perang dunia kedua (WW 2) meletus. Ciri khas sepeda Fongers ini dapat dilihat dari bentuk spatbord dengan lekukan menonjol ke atas. Ciri inilah membuat sepeda ini gampang untuk dikenali. Tak hanya itu, gir depan yang tampilan seperti obat nyamuk dan sistem rem klasik model kawat atau botol yang unik juga menjadi identitas tersendiri. Pun, desain setang yang unik dengan klem (ballhoff) pada batang setang dan adanya sistem pengunci setang yang membuat sepeda ini tampil beda.
Pada awalnya pabrikan Fongers dalam memproduksi sepeda membaginya dalam kategori kualitas yang dikenal dengan istilah SOORT ( sortiran ) A , B , C, D , dan E. Hal ini tentunya berkaitan dengan harga jual sepeda yang ditawarkan ke konsumen. Tipe sepeda Fongers dengan harga termahal adalah Fongers kategori soort A yaitu tipe BB untuk heren (sepeda pria) , dan BD bagi dames (sepeda perempuan), serta seterusnya berdasar urutan abjad yang ada . Pembagian kategori ini terus digunakan oleh pabrikan Fongers hingga tahun 1940-an .
Kalau bicara sepeda Fongers , tentunya tak lepas dari pabrik sepeda Fongers itu sendiri. Pabrik Fongers didirikan oleh Albert Fongers pada tahun 1880. Awalnya Fongers merupakan industri rumahan yang membuat sepeda yang sebelumnya disebut dengan A. Fongers. Setelah dirasa akan berkembang akhirnya dijadikan sebuah produksi skala massal melalui pembentukan badan usaha formal pada tanggal 1 September 1896, yang disebut ‘NV De Groninger Rijwielenfabriek A. Fongers’.Di tahun 1920, Fongers telah menjelma menjadi pemimpin pasar sepeda di negeri Belanda, bahkan menggunguli pesaing beratnya seperti Gazelle, Burgers, Simplex , dan Batavus. Merek-merek sepeda ini merupakan pesaing yang berat dalam merebut pangsa pasar yang tidak seberapa besar. Belum lagi bersaing dengan sepeda-sepeda buatan Inggris, Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat.
Fongers dikenal sangat memperhatikan segi kualitas sepeda yang bagus. Pangsa pasar yang dibidik Fongers pun golongan menengah atas. Alhasil, meskipun sepeda Fongers keluaran tahun tua masih saja tampak bagus. Karena memang Fongers fokus pada kualitas sepeda dan terbaik dalam segala hal. Di Indonesia waktu dahulu, hanya segelintir orang kaya yang bisa membeli Fongers tipe BB ini. Ada juga Fongers BB ini dibagikan kepada kalangan tertentu oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai hadiah. Biasanya kalangan elit pribumi yang dianggap berjasa pada Belanda. Jadi tepatlah jika sepeda Fongers itu bukan sepeda biasa. (Oldbike in History, diolah dari berbagai sumber. Foto koleksi : koleksi filckr.com, tampak sepeda Fongers BB 65 buatan 1934).
Sumber : FB Oldbike in History

2 comments:

  1. Sepeda merk hero masuk kelas apa Gan?

    ReplyDelete
  2. Kok apik apik.banget yo sepeda. Dadi pengen aku. Paringono gusti

    ReplyDelete

silahkan tinggalkan pesan anda